Sabtu, 23 Juli 2011

Pemimpin Oke

Baru sekitar 2 minggu saya kenal orang tersebut dan bahkan baru sekitar 2 kali saya bertemu muka dengannya tapi terlalu banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari sosoknya. Beliau adalah seorang Direktur Marketing tempat saya bekerja sekarang. Tadinya, saya pikir sosok seorang atasan yang pintar, cerdas, tapi sangat rendah hati itu hanya ada di dalam dongengannya motivator tapi ternyata ada juga loh di dunia nyata bahkan di sebuah perusahaan besar yang dipimpin oleh orang yang bukan berkebangsaan Indonesia.
Sudah semenjak dua bulan, perusahaan asli Indonesia tempat saya bekerja sekarang di akuisisi oleh perusahaan asing milik Thailand. Pembelian saham tersebut di ikuti juga dengan pergantian orang di seluruh tingkat management inti. Pos-pos pergantian tersebut selanjutnya diisi oleh orang-orang berkebangsaan Thailand. Biasanya, perusahaan asing termasuk orang-orang di dalamnya akan mendiskreditkan orang-orang dalam perusahaan yang mereka akuisisi. Jelas saja, mereka pasti ingin menyelematkan perusahaan yang telah di belinya, wajar saja kalo mereka merasa lebih pintar dari orang-orang yang sudah ada dalam perusahaan tersebut sebelumnya. Setelah orang-orang Thailand tersebut mulai berdatangan, memang sih ada beberapa orang yang mendiskreditkan kita. Tapi kalau mau berpikir positif, mungkin itu hanya prasangka saya saja, mengingat perbedaan budaya antara Indonesia dengan Thailand. Bisa jadi mereka tidak berpikir negatif terhadap orang-orang Indonesia. Tapi kalaupun mereka berpikir negatif ya sah-sah dan sudah menjadi hak mereka sih. Kalaupun perusahaan saya mengakuisisi perusahaan lain, apalagi saya di posisi Top Management, pasti saya juga akan bersikap demikian, meng-cut seluruh posisi penting dengan orang yang saya percaya.
Pemikiran atau prasangka saya barusan ada benernya ada salahnya juga loh setelah saya mengenal sosok Direktur Marketing berkebangsaan Thailand. He's totally bright!! Entah bagaimana caranya, beliau tampak sangat mengerti, sangat cepat mengidentifikasi, dan sangat cepat tanggap dalam memberikan solusi terhadap apapun (baik kelebihan atau pun kekurangan) yang ada dalam divisi Marketing.
Walaupun sangat cerdas, brilliant, dan memegang jabatan penting, beliau jauh bahkan sangat jauh dari kesan sombong atau bisa dibilang 'sok pintar'. Beliau selalu memberikan solusi atau pun kritik dengan cara-cara yang selalu bisa diterima orang, setidaknya bisa diterima saya. Dalam berbicara juga, beliau selalu tersenyum. Senyum itu hal yang simple tapi kebanyakan orang sering lupa untuk melakukannya. Saya juga tidak mau naif sih, saya juga sering lupa senyum apalagi kalau banyak kerjaan di kantor, entah itu penggambaran konsentrasi atau apalah. Tapi jika seorang Direktur, yang notabennya pasti punya banyak sekali kerjaan dan tanggung jawab yang harus di pegang, saja selalu tersenyum. Nampaknya saya terlalu lebay kalo saya mengatasnamakan konsentrasi atas ketidaksenyuman saya. Apalagi senyum itu efeknya bagus banget buat orang lain.
Satu hal yang saya kagumi lagi adalah rasa empati yang dia selalu tunjukkan ke orang lain. Susah loh berempati itu, atau saya terlalu lebay juga akan empati itu. Dengan posisi setinggi itu, dia mampu dan mau berempati terhadap orang lain, jadi staf-staf nya juga merasa lebih dihargai oleh beliau. Yang penting bagi saya adalah keingininan untuk berempati tersebut.
Dari hal-hal simple itu lah, saya belajar banyak hal tentang kepemimpinan. Jadi pemimpin itu kuncinya sebenernya tidak susah juga kok. Banyak orang yang datang, mengikuti, atau nonton acara-acara motivasi untuk bisa mendapatkan point-point menjadi pemimpin yang baik. Sebenernya para pemimpin atau orang yang ingin jadi pemimpin tidak perlu repot-repot mencari kunci sukses untuk menjadi pemimpin yang baik dan disegani ketika mereka sudah menemukan kuncinya bahwa yang perlu mereka tunjukkan adalah sisi humanitas atau kemanusiaan dari dalam diri mereka sendiri.
Ya begitulah, sisi kemanusiaan kadang-kadang pudar ditengah kesibukan yang ada padahal sisi tersebut lah yang bisa menjadi dasar untuk menghargai siapa saja. Akhir kata, saya hanya bisa bilang terima kasih atas pelajaran yang sangat-sangat berharga, yang mungkin tidak bisa saya dapatkan dalam buku manapun. Karena terkadang pengalaman bisa menimbulkan efek yang lebih dalam dan lama. Semoga hal ini bisa saya ingat dan aplikasikan jika saya menjadi pemimpin nanti.

Adios

Tidak ada komentar:

Posting Komentar